• Trend
  • /
  • Mengatasi Masalah: 18 Rumah Sakit Terdampak Bencana di Sumut, Sebag…

Mengatasi Masalah: 18 Rumah Sakit Terdampak Bencana di Sumut, Sebag…

Badai Bencana: Kehidupan Pasca-Sumut yang Terjungkal

Sebuah bencana alam yang menghantam Sumut telah mengguncang sistem kesehatan daerah itu, memicu pertanyaan: bagaimana masyarakat bisa bertahan di tengah tantangan ini? Kebanjiran dan longsor yang menerjang sejumlah wilayah membuat kehidupan terhenti sementara, termasuk di dalam kawasan kesehatan yang seharusnya menjadi pelindung utama. Dinas Kesehatan Sumut mengungkap data mengejutkan, dengan total 18 rumah sakit, 19 puskesmas pembantu, 25 puskesmas, dan sejumlah Poskesdes yang terdampak. Nah, betapa mengguncangnya situasi ini, apakah kita bisa bayangkan bagaimana kehidupan warga di sana berubah dalam hitungan jam?

Kerusakan yang Terlihat di Tengah Bencana

Menurut Sekretaris Dinas Kesehatan Sumut, Hamid Rizal Lubis, sebagian dari fasilitas kesehatan itu sempat tak bisa beroperasi.

“Sebagian diantaranya tak dapat beroperasi karena terendam hingga setinggi pinggang orang dewasa,”

ujar Hamid dalam keterangan tertulisnya, Jumat (5/12/2025). Bayangkan saja, jalan utama Tarutung–Sibolga, yang berjarak 40 kilometer, justru menjadi saksi bisu perjuangan mengatasi bencana. Alat berat berlari menembus lumpur dan air deras, mempercepat proses pemulihan. Namun, meski jalan sudah bisa dilalui, rintangan di baliknya tetap menghalangi kehidupan normal.

“Dinkes Sumut mencatat terdapat 18 rumah sakit, 19 puskesmas pembantu, 25 puskesmas dan sejumlah Poskesdes yang terdampak banjir dan longsor,”

ujar Hamid Rizal Lubis.

Pertanyaan yang muncul adalah: apakah penyakit dan krisis kesehatan bisa teratasi sebelum kondisi pulih? Dalam upaya mengurangi beban warga, Hamid menyebutkan bahwa tim medis terus ditempatkan di titik pengungsian. Mereka datang ke lokasi terparah dengan rombongan kecil, memastikan layanan kesehatan tetap berjalan meski dalam kondisi kritis.

“Hingga kini Dinkes Sumut telah menangani 1.890 korban luka ringan dan 94 korban luka berat,”

lanjutnya. Angka ini menggambarkan keparahan dan kecepatan tanggap darurat yang dibutuhkan.

Kolaborasi untuk Berdiri Kembali

Tidak hanya bekerja sendiri, tim medis Sumut juga bergantung pada kerja sama dari pemerintah kabupaten, pusat, dan berbagai pihak. Di Langkat, misalnya, Dinkes mengirimkan tim lengkap dan melakukan rotasi petugas antar kecamatan untuk memastikan layanan tetap maksimal. Namun, ada momen menegangkan ketika tim sempat tertahan di Tapanuli Selatan karena akses jalan yang terputus.

“Kita turunkan dokter, perawat, tenaga farmasi, kesehatan lingkungan, dan surveilans,”

jelas Hamid. Mereka tak hanya berjuang menangani luka, tapi juga berusaha menjaga sanitasi di tengah kondisi rumit.

“Kita turunkan dokter, perawat, tenaga farmasi, kesehatan lingkungan, dan surveilans. Besoknya (27/11/2025), kita tempatkan 3 dokter, 3 perawat, dan 2 petugas surveilans untuk membantu pelayanan kesehatan di sana,”

ujarnya.

Yang menarik, upaya ini tak hanya fokus pada penanganan saat ini, tapi juga melihat ke masa depan. Hamid menyebutkan bahwa fase pasca-bencana akan membawa berbagai permasalahan kesehatan.

“Pada fase pasca bencana akan muncul berbagai permasalahan kesehatan. Karena itu, upaya pencegahan sangat penting agar penyakit dapat kita tangani sedini mungkin,”

tambahnya. Ini mengingatkan kita bahwa bencana bukan hanya mengguncang bangunan, tapi juga memicu sederet risiko kesehatan yang perlu diantisipasi sebelum benar-benar memburuk.

Implikasi Kesehatan Pasca-Bencana

Selain luka, bencana juga mengancam kesehatan warga melalui penyakit-penyakit yang muncul akibat kondisi lingkungan. Hamid mengungkapkan bahwa gangguan kulit, diare, ISPA, dan demam menjadi ancaman utama.

“Menurut Hamid, saat ini sejumlah penyakit berpotensi menjangkiti warga pasca bencana,”

jelasnya. Faktanya, bencana alam sering kali memicu krisis kesehatan yang lebih luas, termasuk penyebaran penyakit karena sanitasi yang terganggu. Ini menjadi pembelajaran bahwa pemulihan tak hanya tentang fisik, tapi juga mental dan kesehatan.

“Pada fase pasca bencana akan muncul berbagai permasalahan kesehatan. Karena itu, upaya pencegahan sangat penting agar penyakit dapat kita tangani sedini mungkin,”

jelas Hamid.

Kesimpulan yang bisa diambil adalah, bencana alam bukan hanya menghancurkan, tapi juga memperkuat hubungan antara pemerintah dan masyarakat. Kehadiran tim medis di tengah krisis menunjukkan bahwa persatuan dan kesiapan menjadi kunci. Sembari menunggu jalan dan infrastruktur kembali normal, jangan lupa bahwa layanan kesehatan tetap menjadi pelindung utama warga. Dan di balik rintangan, ada harapan bahwa Sumut bisa bangkit, satu langkah demi satu langkah.

Jennifer

Writer & Blogger

A passionate globetrotter, travel enthusiast, and the creative mind behind Wander Stay Finder

You May Also Like

Welcome to WanderStayFinder.com, your ultimate travel companion! I’m Jennifer, and I’m thrilled to have you join me on my adventurous journey through the world.

You have been successfully Subscribed! Ops! Something went wrong, please try again.

Contact Us

Ready to collaborate? Reach out and let’s make it happen!

© 2025 wanderstayfinder.com. All rights reserved.